Mengupayakan KEBAIKAN
0
comments
Oleh: Titin Titan
“Jangan sekali-kali kalian meremehkan suatu kebaikan, meski hanya berupa keceriaan wajah ketika bertemu dengan kawan kalian.” (HR. Muslim)
Sebuah kebaikan tak pernah bernilai sederhana, sebab ia bisa menjadi pintu surga bagi siapa saja. Baik bagi orang yang di dunia dikenal karena keshalehannya maupun orang yang nampak nista karena pekerjaannya. Sesuatu yang terlihat sepele di mata manusia belum tentu demikian di mata Allah SWT. Karena di depan Allah tak ada pembeda yang jelas, kecuali atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali atas dasar ketakwaannya. Allah berfirman dalam Q.S Al Hujurat ayat 13.
”inna akramakum ‘indallahi atqakum,” yang artinya, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.
Tentu cerita tentang seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing kehausan masih lekat dalam ingatan. Hanya dari beberapa teguk air di siang terik, segala dosa sang pelacur diampuni Allah dan mengantarkannya menuju indah surga. Kisah wanita pelacur bani Israil ini diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim:
“Pada suatu ketika, seekor anjing mengelilingi sebuah sumur, hampir-hampir anjing itu mati kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur bangsa bani Israil melihatnya. Maka dilepaslah sepatunya, kemudian diambilkannya air dengan sepatunya dan kemudian anjing yang hampir mati itu diberinya minum. Maka Allah SWT mengampuninya dengan sebab itu.”
Memberi minum pada seekor anjing tentu terlihat sebagai sesuatu yang amat sederhana bukan? Namun ternyata tidak di depan Allah. Seseorang yang terbiasa dengan kehidupan yang kelam penuh dengan maksiat, hari-harinya berkubang dengan dosa membuat kita sama-sama terkejut ketika kemudian dia meraih rahmat Allah karena ketulusannya menolong seekor anjing yang lemah kehausan.
Tak ada kebaikan yang tak bernilai, pun sebaliknya, tak ada dosa yang tak terbalas. Namun Allah yang Maha Pengampun tak pernah menutup pintu taubatnya hingga ajal sampai di tenggorokan. Banyak jalan atau sebab yang dapat menjadikan seseorang mencium wangi surga, seperti halnya sang wanita pelacur tersebut.
Abu Hurairah menceritakan
“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (HR. Bukhari)
Allah Maha baik, dengan segala rahmat-Nyalah manusia dapat menginjakan kaki di surga. Tak harus dengan harta, bahkan senyum pun bisa menjadi sedekah dan kebaikan bagi manusia. Di riwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi)
Senyum adalah ibadah yang terbilang paling gampang dilakukan. Ia menjadi bahasa paling ampuh di antara dua orang yang bahkan belum saling mengenal. Rasulullah adalah suri tauladan paling sempurna, beliau selalu menghadapkan wajahnya ketika berbicara dengan para sahabatnya, dengan wajah berseri penuh keramahan. Maka tersenyum adalah salah satu cara paling mudah untuk menularkan kebahagiaan, memberikan ekspresi menyenangkan kepada sesama.
Allah mencintai orang yang dapat bersedekah dalam keadaan lapang apalagi dalam keadaan sempit. Tak ada alasan untuk tidak berbuat baik di mana pun berada dan tak ada alasan untuk berhenti bersedekah meski tak punya banyak harta
Jika perbuatan yang sederhana seperti senyum dan menyingkirkan duri dari jalanan terhitung sebagai kebaikan, bagaimana rupa pahala seseorang yang menginspirasi kebaikan untuk orang lain atau seseorang yang dapat menggerakan orang lain untuk berbuat baik? Hanya Allah yang tahu, tapi semoga menjadi amal jariyah yang akan menjadi bekal hingga tutup usia.
Karena kebaikan memang harus dipaksakan. Menundanya bisa menjadi jalan untuk melenyapkan niat yang sudah ada. Meski sepele, tapi tentu syetan takkan pernah tinggal diam atas perbuatan baik yang diniatkan oleh manusia. Selain kebaikan yang nyata harus diupayakan dengan sesama, Allah menjanjikan pahala kebaikan dan sedekah yang dilakukan dengan segala ketulusan hati. Tak harus selalu dengan harta, yang penting ketulusan dari jiwa.
“Jangan sekali-kali kalian meremehkan suatu kebaikan, meski hanya berupa keceriaan wajah ketika bertemu dengan kawan kalian.” (HR. Muslim)
Sebuah kebaikan tak pernah bernilai sederhana, sebab ia bisa menjadi pintu surga bagi siapa saja. Baik bagi orang yang di dunia dikenal karena keshalehannya maupun orang yang nampak nista karena pekerjaannya. Sesuatu yang terlihat sepele di mata manusia belum tentu demikian di mata Allah SWT. Karena di depan Allah tak ada pembeda yang jelas, kecuali atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali atas dasar ketakwaannya. Allah berfirman dalam Q.S Al Hujurat ayat 13.
”inna akramakum ‘indallahi atqakum,” yang artinya, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.
Tentu cerita tentang seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing kehausan masih lekat dalam ingatan. Hanya dari beberapa teguk air di siang terik, segala dosa sang pelacur diampuni Allah dan mengantarkannya menuju indah surga. Kisah wanita pelacur bani Israil ini diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim:
“Pada suatu ketika, seekor anjing mengelilingi sebuah sumur, hampir-hampir anjing itu mati kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur bangsa bani Israil melihatnya. Maka dilepaslah sepatunya, kemudian diambilkannya air dengan sepatunya dan kemudian anjing yang hampir mati itu diberinya minum. Maka Allah SWT mengampuninya dengan sebab itu.”
Memberi minum pada seekor anjing tentu terlihat sebagai sesuatu yang amat sederhana bukan? Namun ternyata tidak di depan Allah. Seseorang yang terbiasa dengan kehidupan yang kelam penuh dengan maksiat, hari-harinya berkubang dengan dosa membuat kita sama-sama terkejut ketika kemudian dia meraih rahmat Allah karena ketulusannya menolong seekor anjing yang lemah kehausan.
Tak ada kebaikan yang tak bernilai, pun sebaliknya, tak ada dosa yang tak terbalas. Namun Allah yang Maha Pengampun tak pernah menutup pintu taubatnya hingga ajal sampai di tenggorokan. Banyak jalan atau sebab yang dapat menjadikan seseorang mencium wangi surga, seperti halnya sang wanita pelacur tersebut.
Abu Hurairah menceritakan
“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (HR. Bukhari)
Allah Maha baik, dengan segala rahmat-Nyalah manusia dapat menginjakan kaki di surga. Tak harus dengan harta, bahkan senyum pun bisa menjadi sedekah dan kebaikan bagi manusia. Di riwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi)
Senyum adalah ibadah yang terbilang paling gampang dilakukan. Ia menjadi bahasa paling ampuh di antara dua orang yang bahkan belum saling mengenal. Rasulullah adalah suri tauladan paling sempurna, beliau selalu menghadapkan wajahnya ketika berbicara dengan para sahabatnya, dengan wajah berseri penuh keramahan. Maka tersenyum adalah salah satu cara paling mudah untuk menularkan kebahagiaan, memberikan ekspresi menyenangkan kepada sesama.
Allah mencintai orang yang dapat bersedekah dalam keadaan lapang apalagi dalam keadaan sempit. Tak ada alasan untuk tidak berbuat baik di mana pun berada dan tak ada alasan untuk berhenti bersedekah meski tak punya banyak harta
Jika perbuatan yang sederhana seperti senyum dan menyingkirkan duri dari jalanan terhitung sebagai kebaikan, bagaimana rupa pahala seseorang yang menginspirasi kebaikan untuk orang lain atau seseorang yang dapat menggerakan orang lain untuk berbuat baik? Hanya Allah yang tahu, tapi semoga menjadi amal jariyah yang akan menjadi bekal hingga tutup usia.
Karena kebaikan memang harus dipaksakan. Menundanya bisa menjadi jalan untuk melenyapkan niat yang sudah ada. Meski sepele, tapi tentu syetan takkan pernah tinggal diam atas perbuatan baik yang diniatkan oleh manusia. Selain kebaikan yang nyata harus diupayakan dengan sesama, Allah menjanjikan pahala kebaikan dan sedekah yang dilakukan dengan segala ketulusan hati. Tak harus selalu dengan harta, yang penting ketulusan dari jiwa.
sumber: RZ
Baca Selengkapnya ....